Kita memperingati Hari Koperasi, 12 Juli. Ironisnya, UU
Koperasi justru dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Oleh karena
itu, Kementerian Koperasi dan masyarakat koperasi sibuk menyusun
rancangan undang-undang (RUU) baru yang akan mengarahkan dan melindungi
gerakan koperasi di seluruh Indonesia.
Gerakan koperasi, selain memerlukan aturan yang menggariskan struktur
dan mekanisme ekonomi koperasi juga memerlukan jiwa, budaya dan
semangat kerja sama gotong-royong. Inilah yang kemudian dirumuskan dalam
aturan-aturan hukum yang memberi arah dan dinamika gerakan koperasi
untuk sebesar-besarnya bagi kesejahteraan sebanyak mungkin rakyat yang
bekerja cerdas dan keras dengan penuh kepedulian.
Membangun jiwa, budaya dan semangat koperasi dalam suasana persaingan
untuk menjadi paling unggul bukanlah merupakan hal yang mudah. Secara
naluri-ah setiap orang ingin menjadi yang paling unggul, paling nomor
satu dan kalau mungkin menjadi satu-satunya yang ditempatkan di barisan
paling depan. Apabila diambil secara sederhana setiap orang ingin
menjadi Superman, jarang yang mengusahakan kehadiran suatu super tim
yang membuat semua anggota mem-punyai jiwa kebersamaan dan berjuang
untuk kemenangan seluruh tim secara keseluruhan.
Ambil saja dalam Timnas Indonesia yang berpenduduk lebih dari 250
juta hampir tidak pernah berhasil membentuk suatu super tim dengan 11
pemain sepak bola yang tangguh dan berhasil membawa nama bangsa di
kancah internasional dengan penuh kebanggaan.
Tekanan untuk menjadi nomor satu selalu diiming-imingi dengan slogan
bahwa bangsa ini harus sanggup bersaing dengan bangsa lain di seluruh
dunia. Tema slogan ini diterjemahkan secara harfiah bahwa setiap
individu harus menjadi nomor satu sehingga setiap anak bangsa harus satu
demi satu bersaing sesama anak bangsa lainnya. Bahkan akhir-akhir ini
dalam pencalonan untuk pemilihan umum, setiap calon, bahkan sesama
partai, penempatan pada nomor urut pertama, kedua, ketiga atau
seterusnya, menjadi ajang persaingan sesama anggota yang sengit.
Karena itu, dalam kampanye, segala cara ditempuh untuk mengalahkan
sesama anggota partainya. Ironis sekali karena dalam satu kelompok para
anggota saling bersaing, dan akhirnya sesama pengikut juga terbelahdan
persatuan kesatuan dalam suatu partai menjadi pecah. Tidak ada mufakat
untuk sepakat dalam pemberian nomor sehingga sesama anggota partai tidak
perlu berkelahi dan pengikut partai tidak perlu terbelah serta saling
gontok-gon-tokan.
Syarat pertama untuk membangun budaya kerja sama gotong-royong adalah
kesadaran diperlukannya kekuatan bersama untuk maju dengan menempatkan
kepedulian pada kepentingan yang lebih penting melalui kebersamaan.
Kepedulian itu justru terletak pada dinamika yang banyak sekali
tergantung pada bagian yang paling lemah sehingga proses gotong-royong
bukan hanya memperhatikan kekuatan yang paling kuat, tetapi perhatian
pada upaya pemberdayaan yang paling lemah agar seluruh kelompok atau tim
berada pada posisi yang semua kekuatannya makin merata. Kekuatan yang
makin merata itu akan memungkinkangerak yang lebih dinamis dan kepuasan
seluruh kelompok yang mempunyai tanggungjawab bersama.
Dengan demikian, peningkatan kesadaran kebersamaan itu harus diikuti
dengan dinamika pemberdayaan untuk meningkatkan mutu mulai dari anggota
yang paling lemah melalui sistem berbagi terhadap sesama di mana setiap
anggota mempunyai kontribusi sehingga tumbuh kebersamaan yang saling
menguntungkan. Kesempatan saling berbagi dan kebersamaan itu menumbuhkan
rasa persatuan dan kesatuan yang dinamis karena solidaritas yang tulus
disertai perasaan saling harga-menghargai di antara sesamanya.
Dengan kesadaran kebersamaan dan peningkatan kualitas melalui upaya
saling peduli itu dihasilkan karya bersama melalui pengembangan tim yang
dari hari ke hari akan menjadi super tim yang menghasilkan karya
bersama tanpa ada persaingan di antara anggotanya. Hasil super tim yang
semula tidak terlalu moncer, dalam waktu yang tidak terlalu lama,
apabila dihargai dan dibeli atau diangkat tinggi-tinggi oleh sesama
anggota tim akan menjadi ajang peningkatan dinamika kelompok yang
membanggakan. Dinamkia kelompok ini akan membe-rikan apresiasi positif,
menuai anjuran perbaikan, bukan sekedar kritik yang mematikan, sehingga
tumbuh gagasan baru untuk maju.
Gagasan untuk maju ini perlu diikuti dengan apresiasi oleh seluruh
anggota tim yang akhirnya menimbulkan nilai positif yang menjalar kepada
masyarakat luas. Perkembangan itu akan menghasilkan nilai-nilai positif
sebagai awal berkembangnya budaya gotong-royong saling menghargai.
Budaya inilah yang kemudian diterjemahkan menjadi aturan yang
sesungguhnya bukan untuk membatasi, tetapi untuk mengingatkan bahwa
kebersamaan tetap perlu menjadi pedoman bersama untuk dijunjung tinggi
sebagai kemenangan bersama.
Karena, prinsipnya adalah kemenangan bersama, maka segala keuntungan
suatu koperasi yang diraih oleh kelompok, sejak awal selalu memberi
perhatian kepada keuntungan yang bisa dirasakan langsung oleh seluruh
anggota. Hal ini agar ada perasaan yang makin mematri kepercayaan bahwa
kebersamaan merupakan bentuk perhatian sebagai sumbangan pribadi secara
merata kepada semua anggota secara adil.
Diolah dari sumber: keuanganlsm.com, 5 September 2014
0 komentar:
Posting Komentar